"Dari 133 spesies tersebut, tiga di antaranya berstatus catatan baru dan lima spesies berpotensi kuat sebagai spesies baru," kata Nur Fadli, peneliti Pusat Studi Kelautan dan Perikanan (PSKP) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh di Banda Aceh, hari ini.
Ia mengatakan, penelitian terumbu karang tersebut melibatkan PSKP Universitas Syiah Kuala, ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies, James Cook University, Australia, Wildlife Conservation Society, serta Flora dan Fauna Internasional.
"Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keunikan fauna karang di Pulau Weh dan sekitarnya. Ini tergambar dari komposisi spesiesnya yang merupakan perpaduan spesies karang Indo-Pasifik, Samudera Hindia, dan spesies karang yang umum di perairan Indonesia," katanya.
Menurut Nur Fadli, dengan total 133 spesies karang di perairan Pulau Weh, maka jumlahnya tidak jauh beda dengan di perairan Halmahera, Maluku.
"Di Perairan Halmahera memiliki 130 spesies yang dikenal memiliki keanekaragaman karang tertinggi untuk kawasan segi tiga terumbu karang di perairan utara, Indonesia," katanya.
Menurut dia, upaya perlindungan ini bisa dilakukan seperti di kawasan "coral triangle" atau segi tiga terumbu karang yang meliputi kawasan perairan yang dibatasi oleh Filipina di bagian utara, Kepulauan Solomon di bagian timur dan Bali di bagian barat.
Di kawasan segi tiga itu, sebut dia, tercatat ada 605 spesies karang. Jumlah ini meliputi 76 persen spesies karang seluruh dunia. Namun, kini kondisinya disinyalir paling terancam akibat praktik perikanan merusak.
"Dengan keragaman spesies karang yang banyak, ditambah dengan tingginya proporsi spesies endemik karang di perairan Pulau Weh, maka perlu dilakukan upaya konservasi yang serius dan berkelanjutan," ungkap Nur Fadhli.
Posting Komentar