Lhokseumawe - Sebagaimana yang disampaikan oleh juru bicara PA Pusat, Mukhlis Abee, bahwa pihaknya menghimbau kepada masyarakat agar tidak berlebihan dalam merayakan Milad GAM pada 4 Desember 2012 mendatang.
Ia juga meminta kepada seluruh rakyat Aceh untuk memperingatinya di tempat yang telah ditentukan, yakni dengan menggelar do'a dan zikir bersama di makam-makam pahlawan. Namun sepertinya detik-detik milad GAM di wilayah kota Lhokseumawe, pada Sabtu (01/12/2012) dini hari, dilaporkan sudah diawali dengan pengibaran bendera bulan bintang.
Amatan The Globe Journal dan dari berbagai sumber yang layak diterima kebenaranya, ada sekitar 5 titik tempat yang dikibarkan bendera bulan bintang diantaranya di Pusong, KP3, samping rumah dinas Kapolres Lhokseumawe, dan beberapa tempat lainya.Dan pagi tadi sudah terlihat beberapa aparatur sudah menurunkan bendera tersebut.
Sayangnya pihak kepolisian sektor Lhokseumawe, melalui Kasat Reskrim AKP. Supriadi, SH.MH, ketika dihubungi The Globe Journal, belum bisa menjelaskan terkait pengibaran bendera tersebut. Hal serupa juga dikatakan bagian humas Mapolres.
Menanggapi hal ini, The Globe Journal melakukan wawancara dengan seorang pengamat politik, Al Chaidar, ia juga sebagai dosen fakultas Ilmu Politik di Universitas Malikul Saleh (Unimal) Lhokseumawe, Sabtu (01/12/2012).
Bagaimana tanggapanya berikut petikan wawancara singkatnya:
The Globe Journal: Amatan anda siapa yang telah mengibarkan bendera bulan bintang di Lhokseumawe ?
Al Chaidar: Yang mengibarkan bendera tersebut dari pihak Aceh, karena mereka masih tergila-gila dengan simbol tersebut. Akan tetapi saya belum tahu jelas dari kelompok mana yang terlibat mengibarkan bendera tersebut.
Kemungkinan aksi tersebut dilakukan dari orang-orang yang masih menginginkan simbol itu sebagai icon Aceh.
The Globe Journal: Qanun bendera dan lambang belum disahkan oleh DPRA, namun bendera sudah dikibarkan apakah tidak menyalahi Undang-undang ?
Al Chaidar: Memang secara exsplisit tidak melanggar UU akan tetapi secara inplisit dianggap melanggar, kerena sudah tidak disetujui oleh Pangdam IM, dan itu sebuah pernyataan keras sebenarnya dari pemerintah pusat kalau Pangdam sudah tidak setuju.
The Globe Journal: Bagaimanakah arah politik Aceh kedepan ?
Al Chaidar: Menurut saya bahwa kemungkinan besar politik Aceh kedepannya diarahkan persiapan untuk melepaskan diri dari RI. Karena dari pertarungan simbol itu sudah jelas bahwa mereka masih menginginkan untuk merdeka.
The Globe Journal: Tanggapan Anda terkait Milad GAM ?
Al Chaidar: Sebenarnya Milad GAM seharusnya dalam situasi perdamaian sekarang ini, itu harus diperingati untuk semangat menghargai perdamaian dan semangat untuk bersatu sebagaimana pernyataan Gubernur Aceh. Beberapa kali dihadapan publik itu sudah cukup menenangkan dan menyejukkan.
Milad GAM itu sudah jelas adalah Milad proklamasi Aceh, sehingga orang-orang akan mengingat kembali tentang proklamasi itu. Kalau Aceh sudah menyatakan berdamai dengan pihak RI, milad tersebut harus dihilangkan.
Karena sebenarnya milad yang perlu dirayakan adalah milad perdamaian antara RI dan GAM pada tanggal 15 Agustus 2005 yang merupakan spirit kebersamaan dan spirit persatuan.
The Globe Journal: Bentuk lambang Aceh saat kesulthanan Aceh sebenarnya apa ?
Al Chaidar: Kemudian perlu diketahui menurut sejarah Aceh bahwa lambang dan bendera yang diakui oleh dunia internasional adalah lambang Alam Pedang.
The Globe Journal: Bentuk lambang Aceh saat kesulthanan Aceh sebenarnya apa ?
Al Chaidar: Kemudian perlu diketahui menurut sejarah Aceh bahwa lambang dan bendera yang diakui oleh dunia internasional adalah lambang Alam Pedang.
Posting Komentar