Headlines News :
Home » » Macam-macam Tari Aceh

Macam-macam Tari Aceh

Written By Unknown on Jumat, 21 Juni 2013 | 16.21

Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh Tamiang. Tarian Ula-ula Lembing ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini harus dibawakan dengan penjiwaan yang lincah dan ceria. Tari Ula-ula Lembing adalah salah satu tarian daerah dari Kabupaten Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan dengan melingkar menyerupai ular, dengan gerakan yang lincah dan dinamis.


Mesekat salah satu tarian dari suku Alas di Aceh Tenggara, merupakan tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris, seperti halnya orang shalat saat membaca tahayatul akhir. Dalam tarian biasanya yang dipilih menjadi imam adalah kadi atau she yang nantinya menjadi panutan dalam gerak dan syair yang dibacakan secara serentak dan serasi dan dilaksanakan dengan irama shalawat dan qasidah.
Tari mesekat melahirkan suatu karya seni yang sifatnya klasik tradisional, cara membawakannya harus dengan menghafal dari berbagai ragam atau dengan cara berurutan. Dalam permainanya peserta memakai baju adat dengan jumlah pemain minimal 18 orang. Dalam syairnya dapat diartikan sebagai himbauan kepada masyarakat atau pemerintah desa, camat, bupati tentang hal-hal pembangunan.

Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri. Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkungan kemudiandirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek peneilitian sejumlah survesor dalam dan luar negeri.
Pemda Daerah Istimewa Aceh ketika itu juga menerjunkan sejumlah tim dibawah koordinasi Depdikbud (dinas pendidikan dan kebudayaan), dan tersebutlah nama Drs. Asli Kesuma, Mursalan Ardy, Drs. Abdurrahman Moese, dan Ibrahim Kadir yang terjun melakukan survey yang kemudian dirasa sangat berguna bagi generasi muda, seniman, budayawan untuk menemukan suatu deskripsi yang hampir sempurna tentang tari guel. Sebagian hasil penelitian ini yang saya coba kemukakan, apalagi memang dokumen/literatur tarian ini sedikit bisa didapatkan.

Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To’et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.




Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tari Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14 orang perempuan dengan gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan badan serta alunan lagu-lagu Gayo yang di bawakan oleh salah satu penari. Mereka menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukangerakan dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal yang menarik dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari desa undangan dengan menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari.


Kesenian Tari Tarek Pukat ini menggambarkan aktifitas para nelayan yang menangkap ikan dilaut, berasal dari daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Tarek yang berarti “Tarik” dan Pukat adalah alat sejenis jaring yang digunakan untuk menangkap ikan.



Tari Ratoh Duek adalah sebuah tarian masyarakat Aceh yang tengah berkembang pesat di Jakarta. Umumnya, masyarakat Jakarta mengenal dan menyebutnya dengan nama Tari Saman. Hampir tidak ada perbedaan antara kedua jenis tari ini, tari Ratoh Duek dilakukan oleh penari perempuan, sedangkan tari Saman dilakukan oleh penari laki-laki.





Share this post :

+ komentar + 3 komentar

20 Januari 2015 pukul 08.06

manfaat banget infonya gan kunjung balik ya http://nazalberbagibagi.blogspot.com/

18 Oktober 2015 pukul 09.50

semoga tarian aceh dan tarian nusantara lainnya bisa lestari dan mampu berjaya di kancah dunia
kunjungi juga blog kami http://tailorelegant.blogspot.com/

10 Agustus 2017 pukul 10.58

tinggal dilestarikan dan selalu dijaga kebudayaan nyaa


http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-retailer-secara-umum-dalam-ilmu-marketing.html

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Aceh Lon Sayang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger